Kamis, Agustus 23, 2007

Pameran Fotografi Keindahan Alam

Karya Presiden Soka Gakkai International (SGI), DAISAKU IKEDA dan Fotografer Profesional Indonesia

Sebuah hasil interaksi cita rasa seorang manusia dan alam semesta dengan tujuan mengabadikan keindahan alam untuk menumbuhkan rasa kagum dan keinginan melindungi bumi yang begitu indah. Itulah yang terlihat dalam pameran fotografi keindahan alam ini sesuai dengan misi yang diemban Daisaku Ikeda sang fotografer dan organisasi yang diketuainya. Yang mana foto-foto dalam pameran ini tidak hanya mengambil subyek alam namun juga kehidupan manusia yang ada di dalamnya sehingga dapat membawa kita sebagai masyarakat alam pada tingkat pemahaman fotografi yang lebih tinggi lagi. Tak hanya sekedar foto tapi juga foto yang memiliki nyawa dan nilai estetika yang tinggi seiring dengan kehidupan dan keselarasan dengan alam.

Pertama kali menjejakkan kaki ke Gedung Indonesia Menggugat di Jalan Perintis Kemerdekaan No. 5, tepatnya di antara Gereja Bethel dan Bank BNI 46. Saya sudah disambut dengan kicauan riang burung dan lampion berwarna cerah merah menyala yang nampak serasi dengan gedung yang mungkin tahun 30 hingga 40-an itu. Sebagai informasi Gedung Indonesia Menggugat merupakan salah satu dari sedikit gedung kuno yang dilestarikan Pemkot Bandung sehingga nampak asri dan terawat apabila dibandingkan dengan nasib gedung-gedung tua lainnya yang telah tergusur oleh perubahan jaman. Walaupun gedung ini berukuran cukup kecil, dekorasi dan suasana yang cukup mendukung sangat membantu pameran fotografi yang cukup besar ini. Alunan lembut kaset bernuansa alam, diselingi oleh suara aliran air dari pancuran bambu kecil dan bau hio yang memikat membuat pameran ini tidak hanya sekedar pameran foto belaka. Apalagi selain itu juga ditunjang oleh display foto plus rangkaian puisi yang khusus dibuat oleh Daisaku Ikeda sendiri mengenai keindahan alam sesuai dengan judul pameran fotografi ini. Suasana masing–masing ruangan (4 ruang) bertema taman, pantai, laut, kuil di Jepang serta pencahayaan yang baik juga semakin menambah nilai plus pameran ini selain tentu saja tampilan pada hampir seluruh foto yang tampak menyegarkan mata dan rata-rata berukuran besar.
Pameran fotografi yang diadakan secara besar-besaran mulai tanggal 22 hingga 30 April 2006 di Kota Bandung dan rencananya 15 kota besar Indonesia lainnya hingga bulan September 2007 ini dapat dikatakan sangat istimewa walaupun saya sudah pernah mengunjungi pameran–pameran sejenis. Bayangkan saja dalam waktu 1 jam kita dapat berkelana ke seluruh dunia mulai dari Italia, Amerika, Nepal, Malaysia, Swiss, Thailand, Paris, Tokyo, Bahama, Alaska, hingga pesisir Indonesia yang jarang dtampilkan dalam wajah berbeda. Tak heran memang karena foto-foto yang diambil oleh Daisaku Ikeda merupakan hasil perjalanannya berkeliling dunia dalam rangka mempromosikan nilai-nilai pendidikan, perdamaian dan kebudayaan di lebih 50 negara termasuk Jepang. Perlu juga anda ketahui pameran foto berjudul Dialogue with Nature ini berawal di Kota Paris, Perancis pada tahun 1988 dan terus-menerus berkeliling dan kota ke kota di berbagai negara. Tercatat hingga saat ini jumlah kota yang disinggahi telah mencapai 101 kota di 35 negara dan dinikmati lebih dan 10 juta orang. Kita sebagai orang Indonesia tentunya patut berbangga hati karena dari 95 foto Dialogue with Nature karya Daisaku lkeda yang dibawa ke Indonesia, 66 diantaranya akan berkeliling ke + 1-29 kota dan akan dipamerkan bersama dengan 30 foto karya fotografer berbakat yang tergabung dalam Indonesian Fotografer Organization (IPO) dan + 1-20 foto dari sahabat-sahabat di Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Dan memang betul pameran ini bukan hanya milik Daisaku Ikeda semata tapi juga para fotografer profesional Indonesia yang turut menambah keceriaan perdamaian dunia.
Lebih lanjut sajian pameran fotografi keindahan lama ini sangat sesuai dengan posternya yang juga cukup atraktif. Walaupun pada awalnya saya berpikir foto-foto yang disajikan hanya berkisar tentang alam tapi ternyata tidak juga. Alam beserta isinya walaupun itu bersifat tradisional atau modern yang dihiasi gedung-gedung pencakar langit atau hanya sebuah tiang listrik tetap menjadi keistimewaan masing-masing foto itu sendiri. Apalagi yang membuatnya terasa istimewa adalah cara si fotografer dalam mengabadikan tiap karyanya yaitu, dengan tidak membidik melalui lubang bidik kamena, melainkan hanya memegang kameranya di depan dada dan mengambil gambar yang Ia inginkan. Ikeda menjelaskan bahwa caranya itu dikarenakan Ia mengambil foto dengan hatinya. Ketika ditanya perasaannya ketika mengambil foto-foto tersebut, Ikeda menjawab,
“Saya selalu menekan tombol kamera dengan keinginan kuat untuk berdialog dengan alam. Hanya ketika kita, manusia, terhubung dengan alam, kita akan merasa hidup dan bersemangat. Untuk betul-betul dapat dipenuhi dengan hidup, seseorang harus berada di bawah matahari, bulan dan bintang-bintang yang bersinar, dikelilingi oleh pepohonan hijau yang indah dan air murni dan dunia yang alami.”

Jadi yang pasti beliau bukan seorang fotografer profesional dan malah dikatakan sangat terlambat untuk seseorang yang baru memulai bidang ini ketika berumur 43 tahun. Dalam sebuah tulisannya Daisaku Ikeda mengaku bahwa ia adalah seorang fotografer amatir dan tidak akan pernah menjadi fotografer profesional seperti yang ditulisnya sebagai berikut:

“Saya bukan dan tidak pernah menjadi seorang fotografer profesional, dan karena jadwal saya yang sibuk, saya berakhir dengan mengambil foto ketika berpergian dan satu pertemuan ke pertemuan lainnya; kadang saya berhenti dan mobil hanya untuk mendapatkan sejenak waktu untuk mengambil foto. Saya sangat senang jika saya dapat membagi, walaupun hanya sedikit, kegembiraan saya menyatu dengan kemegahan alam, ‘cermin dan hati’. Dalam jaman yang kacau seperti ini, adalah penting bagi kita untuk berhenti sejenak dan waktu ke waktu, menghela nafas yang dalam, dan melihat ke kedalaman diri sendiri dan dunia sekitar kita,”
Dengan demikian kita dapat melihat cara pikir beliau yang demikian mandiri dan penuh motivasi dalam setiap karya yang dihasilkannya. Foto-foto Dialogue With Nature ini mungkin hanya sedikit dari karya dihasilkan oleh Daisaku Ikeda bersama dengan organisasinya SGI (Soka Gakkai International). Namun sumbangannya bagi perdamaian dunia demikian berharga bagi kehidupan manusia di seluruh muka bumi. Adapun sebagai tambahan informasi akhir selama dipamerkan di Semarang, Yogyakarta dan Surabaya, sesuai dengan misi yang diembannya, Dialogue with Nature berhasil menggugah hati dan membangkitkan semangat Iebih dan 14.000 pengunjung dan berbagai etnis, budaya dan suku bangsa untuk sama-sama menangkai tekad hatinya menuju dunia yang penuh harapan. Jadi mungkin tidak ada salahnya bagi para Himbioners untuk dapat mengunjungi pameran ini mungkin lain kali di kota yang lain karena sayang sekali pameran ini telah berakhir pada tanggal 30 April 2006 yang lalu. (Felicia Lasmana, Biro Informasi & Komunikasi - HIMBIO UNPAD DP XXVII/2006/http://www.himbio-unpad.org/)

Tidak ada komentar: